Hidup itu seperti air, yang akan menguap menjadi awan. Jumlah air didunia takan berkurang atau bertambah. Puncaknya ada di awan dan akan kembali ke laut. Seperti siklus hidup yang akan berputar diatas dan dibawah.
Banyak perputaran air menuju ke laut, ada yang dari air comberan, air tanah atau air terjun, mereka banyak berharap pada matahari yang akan membawanya menuju puncak, yaitu awan...
Namun apa yang iya dapatkan ketika ia pun sudah menjadi awan...?? Air pun akan kembali kedaratan melalui hujan... Dan akan berputar seperti itu seterusnya.
Begitu juga hidup jika kita artikan sebagai pecahan mata uang. Kita tidak bisa membuat uang Rp.100,- dengan modal Rp.100,- bahkan Rp.100.000,- pun tidak bisa dibuat dengan modal yang sama.
Yang patut kita renungkan adalah diri kita ini terlahir sebagai pecahan uang berapa...?? Rp.100,- Rp.500,- Rp. 1000,- atau Rp.100.000,-...??
Tapi tanpa adanya kita, maka tidaklah lengkap Rp.100.000,- tanpa adanya Rp.100,-. Tergantung kita bisa membawa diri jika kita adalah Rp.100,-
Buatlah diri kita maksimal, sehingga Rp.100,- pun dapat berarti lebih dari Rp.100.000,-
Dan ga ada yang namanya buah simalakama, yang ada hanyalah pertemuan pilihan yang secara sadar pasti kita lalui, selalu ada persimpangan atau garis singgungan yang akan kita lalui di hidup. Di awal memang kita tidak sadar bahwa kita memilih jalan tersebut... Tapi ketika kita sampai ditengah dan terjadi singgungan garis pertemuan itu, kita merasa bahwa buah simalakama itu ada...
Semoga ini bisa jadi renungan sebagai motivasi hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Katakan Jika memang layak untuk anda katakan, dan jangan katakan jika berat untuk anda katakan...